Jumat, 04 Maret 2011

ASKEP HIPERTENSI PADA LANSIA

TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Gerontik
1. Definisi
• Geriatrik adalah cabang ilmu kedokteran yang membahas fisiologi proses menua dan diagnosa serta pengobatan penyakit yang dipengaruhi oleh usia, terfokus pada kondisi abnormal dan penatalaksanaan medik terhadap kondisi itu.
• Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari semua aspek proses menua, termasuk psikologis, klinis, ekonomi, dan sosiologis pada lansia dan konsekuensi masalah-masalah itu pada lansia dan masyarakat.

Gerontik atau keperawatan gerontik dinyatakan oleh Gunter dan Ester tahun 1979 untuk mendefinisikan asuhan keperawatan dan pemberian pelayanan pada lansia.
Tujuan keperawatan gerontik adalah menjaga dan meningkatkan kesehatan sampai batas yang memungkinkan dan memberi kenyamanan dan asuhan sampai batas yang dibutuhkan (Wold, 1999).

2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO lansia meliputi:
a. Usia Pertengahan (Middle Age) adalah kelompok usia dari 45-59 tahun.
b. Lansia (Elderly) adalah kelompok usia dari 60-70 tahun.
c. Lansia tua (Old) adalah kelompok usia dari 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) di atas 90 tahun.

3. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisik
1) Sel
• Jumlah sel lebih sedikit dan berukuran besar.
• Cairan tubuh berkurang.
2) Sistem Persyarafan
• Cepat menurun hubungan persyarafan.
• Lambat dalam berespon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dalam stress.
• Mengecilnya syaraf panca indera, berkurangnya penglihatan, kehilangan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman, dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap cuaca yang dingin.
3) Sistem Gastro Intestinal
• Kehilangan gigi
• Penurunan indera pengecap
• Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun.
• Peristaltic lemah, biasanya konstipasi
• Fungsi absorbsi melemah
4) Sistem Genitourinaria
• Otot-otot kandung kemih menurun
• Pembesaran prostat
5) Sistem Endokrin
• Produksi dari hampir seluruh hormon menurun
6) Sistem Integumen
• Kulit mengkerut atau keriput
• Kulit kepala dan rambut menipis, warna kelabu
• Berkurangnya elastisitas karena menurunnya cairan dan vaskularisasi
• Kuku jari keras dan kaku
• Kelenjar keringat berkurang
7) Sistem Muskuloskeletal
• Tulang kelihatan densiti dan makin rapuh
• Kiposis
• Persendian besar dan kaku
b. Perubahan Mental
1) Perubahan kepribadian yang drastis.
2) Kenangan lama tidak berubah, kenangan jangka panjang di ingat sedangkan kenangan jangka pendek tidak dapat diingat.
3) IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
- Perubahan fisik
- Kesehatan umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan
- Lingkungan
c. Perubahan Psikosis
1) Merasakan atau sadar akan kematian
2) Perubahan dalam cara hidup
3) Penyakit kronis dan ketikakmampuan
4) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
5) Gangguan saraf indera, timbul kebutaan dan ketulian
6) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
7) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

B. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Hipertensi secara umum adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg terjadi pada seseorang paling sedikit 3 waktu yang berbeda. (Brunner and Suddarth’s. Medical Surgical Nursing, 2000).
Hipertensi menurut WHO adalah peningkatan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 160/90 mmHg. (Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 1998).






Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC = Joint National Comitte
Kategori

Optimal
Normal
High Normal
Hipertension
(Hipertension > tinggi dari normal)
Stage 1
Stage 2
Stage 3 Systole
(mmHg)
< 120 < 130 130-139 140-159 160-179 > 180 Diastolit
(mmHg)
< 80 < 85 85-89 90-99 100-109 > 110


2. Anatomi dan Fisiologi
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung, arteri, kapiler, vena dan limfatik. Fungsi dari jantung adalah:
a. Memompa oksigen dan makanan dalam darah di dalam sistem arteri yang kemudian dibawa ke sel.
b. Membawa sisa-sisa karbon dioksida (CO2) melalui vena ke paru-paru.
Jantung terdiri dari dua atrium dan 2 ventrikel:
a. Atrium kanan menerima CO2 dalam darah dari seluruh tubuh melalui vena cava superior dan inferior.
b. Ventrikel kanan, memompakan darah ke paru-paru melalui arteri pulmonal.
c. Atrium kiri, menerima darah yang dapat mengandung banyak CO2 dari paru-paru melalui 4 venal pulmonal, darah kemudian dipompa ke ventrikel kiri.
d. Ventrikel kiri merupakan darah ke seluruh tubuh melalui aorta.
Jantung mempunyai 2 jenis katup:
a. Katup dari Arteri Ventricular
Yang memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup Trikuspidalis di bagian kanan dan Bicuspid (mitral) di kiri.
b. Katup Semilunar
Yang mencegah darah kembali ke ventrikel selama fase ke relaksasi (diastol). Tidak seperti katup arteri ventricular. Katup semiluar terbuka selama kontraksi ventrikel. Katup semilunar pulmonal membatasi antara ventrikel kanan dan katup pulmonal, katup semilunar aorta membatasi antara ventrikel kiri dan aorta.
Cardiac output adalah volume darah yang dikeluarkan oleh setiap ventrikel ke dalam sirkulasi pulmonal atau sistemik cardiac output (curah jantung) ditentukan oleh isi sekuncup (stroke volume) dan banyaknya denyutan jantung (heart rate).
Heart rate normalnya adalah 60-90 kali permenit. Variasi dalam frekuensi hearth rate ditentukan atau disebabkan oleh: latihan, ukuran tubuh, umur, jenis kelamin, hormon Tiroksin, temperatur dan tekanan darah.
Tekanan darah dihasilkan dari curah jantung dan tahanan perifer, sehingga semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer mempengaruhi tekanan darah.
Tekanan darah mencerminkan hubungan dari berbagai faktor hemodinamik yaitu cardiac output, tahanan pembuluh darah perifer, volume darah, kekentalan darah, elastisitas pembuluh darah, hormon adrenalin dan enzim serta kemoreseptor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah umur, stimulasi saraf simpatik, jenis kelamin dan obat-obatan anti defrensent. Ada empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah:
a. Barareseptor arteri terutama terdapat pada sinus karotis, arkus aorta dan dinding ventrikel kiri.
b. Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik.
c. Sistem Renin dan angiotensin, sama-sama berperan dalam pengaturan tekanan darah.
d. Sistem Autoregulasi vaskuler adalah mekanisme lain yang mungkin pada hipertensi. Terjadi proses yang memelihara perfusi jaringan tubuh relatif konstan. Autoregulasi merupakan mekanisme penting yang menyebabkan hipertensi akibat kelebihan air dan garam.
Jantung juga memompakan darah ke otak melalui arteri karotis kanan dan kiri yang bercabang menjadi arteri karotis internal dan eksternal. Dalam tengkorak arteri karotis bercabang-cabang. Arteri-arteri tersebut mensuplai darah ke hemisfer adalah belahan otak kiri dan kanan. Setiap hemisfer otak berkaitan dengan sisi tubuh kolateral. Hal tersebut adalah salah satu ciri khas sehubungan dengan pengaturan sensasi dan motoris.
Hemisfer kiri mempunyai spesialisasi untuk:
a. Bahasa
b. Kalkulasi matematik
Hemisfer kanan mempunyai spesialisasi untuk:
a. Proses pemahaman sesuatu secara keseluruhan.
b. Menerima gambaran penglihatan abstrak, musik, ke semua ruang, dan
c. Emosional.

3. Etiologi Hipertensi
a. Hipertensi esensial (primer/idiopatik) tidak diketahui penyebabnya secara pasti.
b. Hipertensi sekunder
• Gangguan kontrasepsi oral
• Penyakit parenkim dan vaskular renal
• Gangguan endokrin
• Neurologik
- Tumor otak
- Encephalitis
- Gangguan psikiatri
- Peningkatan volume intra vaskuler
- Luka bakar
• Faktor lain
- Kegemukan
- Pemasukan lemak yang tinggi
- Pemasukan garam
- Merokok
- Stress
- Riwayat penyakit pada keluarga : DM dan jantung.

4. Patofisiologi
Dari sudut pandang patofisiologi dan penyebabnya ada dua golongan hipertensi adalah suatu gangguan/penyakit dimana arteriola memberi perlawanan abnormal terhadap aliran darah.
Pada awalnya timbulnya hipertensi esensial, tidak ditemukan secara nyata pada pembuluh darah dan organ. Juga individu tersebut tidak mengalami tanda dan gejala atau sedikit dengan kenaikan tekanan darah yang labil. Secara perlahan dengan kenaikan keadaan yang patologik pada pembuluh darah yang besar maupun pembuluh darah kecil dalam jantung, ginjal dan otak.
Akan terjadi adanya penyempitan pembuluh darah besar dan kecil, di otak, jantung, ginjal dan perifer sehingga menyebabkan terus menerus berlanjut sehingga pembuluh darah mengalami kemacetan dan perdarahan.
Kerusakan pada pembuluh darah kecil juga berbahaya karena dapat merusak jantung, ginjal dan otak. Bila arteriola menyempit maka jantung harus lebih kuat berkontraksi untuk mempertahankan cardiac output yang normal, hal ini terus berlanjut maka jantung mengalami kerja keras sehingga bisa muncul adanya hipertensi jantung khususnya ventrikel sebelah kiri. Bila tidak bisa mempertahankannya maka akan terjadi gagal jantung.
Mekanisme utama terjadinya hipertensi sekunder adalah :
a. Bertambahnya sekresi catecholamines
b. Bertambahnya renin
c. Peningkatan kadar sodium dan volume darah.
Kelenjar adrenal mengeluarkan aldosteron, kortisol dan catecholamin yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Kelebihan aldosteron menyebabkan retensi garam dan air, dapat meningkatkan volume darah dan menaikkan tekanan darah.

5. Tanda dan Gejala
• Tekanan darah sistolik > 160 mmHg
• Tekanan darah diastolik > 90 mmHg
• Tachycardi
• Heart rate meningkat
• Sakit kepala
• Pusing
• Wajah tampak tegang dan merah
• Mata berkunang-kunang
• Epistaksis
• Banyak keringat
• Mual dan muntah
• Kesemutan
• Gelisah
• Tremor
• Kelemahan
• Pandangan mata kabur
• Wajah terasa panas

6. Test Diagnostik
a. ECG
b. Thorax foto dapat ditemukan adanya pembesaran ventrikel kiri
c. IVP (Intra Venus Pyelografi) ditemukan kelainan pada hipertensi venovaskuler
d. Cek HB
e. CT Scan Kepala
f. Serum colesterol dan triglicerida
Menjadi modifikasi predisposisi adanya artheromatous palguring
g. BUN/Creatinin memberi informasi tentang fungsi ginjal
h. Urinalysis: darah, protein, glukosa menjadi petunjuk adanya disfungsi venal dan adanya diabetes
i. Ureum dan creatinin darah meningkat

7. Therapi
a. Tirah baring
b. Diet: rendah kalori, rendah lemak dan rendah garam
c. Program latihan
 Latihan isotonik secara teratur seperti berjalan, berenang dapat membantu, mengontrol.
 Latihan isometrik seperti mendorong dapat merangsang pengeluaran kate kolamin
d. Mengurangi stress
e. Hindari merokok dan minuman beralkohol
f. Menurunkan berat badan apabila berat badan lebih dari berat badan normal
g. Therapi obat
Tujuan dari pemberian obat adalah:
 Mengurangi/mempertahankan tekanan darah diastolik < 90 mmHg
 Mengurangi gejala seminimal mungkin
 Mengurangi tahanan perifer
 Mengurangi volume dan sirkulasi darah
Obat-obatan anti hipertensi adalah:
a. Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor seperti: Captopril
b. Beta adrenegic Bloker antara lain: Acebutolol, Propranolol
c. Calcium Channel Blocker antara lain: Nifedipine, Nicardipine
d. Alfa adrenegic yang bekerja pada sentral seperti: Catapres
e. Diuretik antara lain Furosemida, hydrochlorothiazed
f. Anti Adveenergic yang bekerja pada perifer seperti: Reserpine

8. Komplikasi
a. CAD (Coronary Artery Disease)
b. Angina Pectoris dan Myocardiac Infarction
c. Arithmia dan kematian
d. Stroke/CVD
e. Hipertensi maligna
f. Hipertensi enchephalopaty
g. Gagal ginjal
h. Pembuluh darah perifer dan hemiplegia

C. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
 Riwayat keluarga yang mengidap hipertensi, diabetes melitus atau penyakit cardiovaskular, obesitas.
 Riwayat menderita hipertensi menahun, diabetes melitus
 Kebiasaan mengontrol kesehatan penggunaan obat-obatan antihipertensi
 Riwayat merokok, minum-minuman keras
 Menggunakan kontrasepsi pil
b. Kajian Pola Nutrisi Metabolik
 Menyukai makanan yang mengandung tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol misalnya makanan gorengan, keju, telur, makanan tinggi kalori, gula
 Mual, muntah
 Perubahan berat badan
 Riwayat penggunaan diuretik
 Adanya edema
c. Kajian Pola Eliminasi
 Riwayat yang berhubungan dengan ginjal misalnya adanya penyakit GNA, GNC.
d. Kajian Pola Aktivitas dan Latihan
 Kelemahan, kelelahan, sesak nafas
 Tachypnea
 Riwayat hipertensi, atherosclerosis, coronary artery hearth disease
 Rasa berdebar
 Dysrithmia
 Terdengar bruit vaskular di atas karotis
 Ketegangan arteri jugularis
 Perubahan warna kulit
 Kulit pucat
 Murmur
 Pembesaran ventrikel kiri
 Kelumpuhan pada otot wajah, lengan, dan kaki pada penderita hemiplegia
 Dyspnea, batuk tanpa sputum
 Kesulitan bernafas
 Cyanosis
e. Kajian Pola Persepsi Sensori dan Kongestif
 Pengetahuan tentang terapi obat, memonitor tensi
 Pengetahuan tentang diet
 Pusing, sakit kepala
 Gangguan penglihatan
 Baal
 Nyeri yang sebentar-sebentar pada kaki
 Nyeri abdomen
 Gangguan orientasi: orang, tempat, waktu
 Gangguan dalam wicara
 Gangguan koordinasi
f. Kajian Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Kecemasan
 Gangguan konsep diri khususnya gambaran diri
 Rasa malu, rendah diri
g. Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
 Gangguan komunikasi verbal karena pelo, aphasia
h. Kajian Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
 Gelisah, depresi, kemarahan
 Gerakan tangan yang tidak terkontrol, gerak-gerik menghembuskan nafas panjang, pola kemampuan berbicara dipercepat
 Menangis.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
2. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik dan kurang aktivitas.
3. Ketidakmampuan merawat diri berhubungan dengan tidak toleransi dalam beraktivitas, ketidaknyamanan, digambarkan dengan keterbatasan aktivitas dan gangguan penglihatan.
4. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.

3. Perencanaan
1. Perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.
HYD: Pasien akan memelihara secara adekuat perfusi jaringan sistemik yang ditunjukkan dengan:
- Tekanan darah dan nadi berkurang sampai normal
- Pernafasan sekitar 16-20 x/menit.
- Status mental biasa.
- Kulit hangat dan warna biasa.
- Nadi perifer teraba.
- Waktu capilari refil kurang 3 detik.
- Pengeluaran urin di atas 30 cc/jam.
Intervensi:
- Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik berkurang.
- Anjurkan pasien untuk bedrest, posisi tidur kepala lebih tinggi.
R/: Memberi rasa nyaman dan mengurangi ketegangan.
- Observasi tekanan darah saat berdiri, duduk dan berbaring.
R/: Mengetahui adanya hipertensi orthostatik.
- Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi garam.
R/: Mengurangi retensi cairan.
- Kolaborasi dengan tim medik: berikan obat-obat anti hipertensi, anti diuretik.
R/: Membantu mengurangi kelebihan cairan dan menurunkan tensi.
- Observasi dan catat efek samping pada tiap-tiap obat.
R/: Deteksi dini adanya gejala keracunan obat.
- Ukur intake dan output tiap 24 jam.
R/: Mengetahui keadaan cairan tubuh dan keadaan ginjal.
- Anjurkan pada pasien untuk mengurangi rokok atau berhenti merokok.
R/: Merokok menyebabkan vasokonstriksi.

2. Perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik dan kurang aktivitas.
HYD:
- Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan obesitas.
- Mendemonstrasikan perubahan dalam pola makan misalnya memilih makanan, kuantitas makanan dan sebagainya.
- Pasien mau mengikuti program latihan.



Intervensi:
- Kaji pengetahuan pasien tentang hubungan antara hipertensi dan kegemukan. Diskusikan untuk mengurangi kalori dan pembatasan garam, lemak dan gula sesuai instruksi.
R/: Obesitas adalah satu tambahan risiko yang berhubungan dengan tekanan darah sebab terjadi ketidakseimbangan antara kapasitas aorta dan peningkatan cardiac output berkaitan dengan peningkatan berat tubuh.
- Dorong pasien agar mempunyai hasrat untuk menurunkan berat badan.
R/: Pasien harus mempunyai keinginan untuk menurunkan berat badan atau program tidak akan berjalan dengan sukses.
- Dorong pasien untuk mempertahankan pemasukan makanan setiap hari termasuk kapan, dimana dan perasaan ketika makan.
R/: Menyediakan data dasar tentang makanan yang dimakan dan kondisi emosional saat makan.
- Instruksikan dan bantu dalam menyeleksi makanan.
Hindari makanan yang mengandung tinggi lemak saturasi (mentega, keju, ice cream, daging), makanan tinggi kolesterol seperti daging yang berlemak, organ hewan dan udang.
R/: Menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol adalah penting untuk mencegah perkembangan atherosclerosis.
- Kolaborasi dengan ahli diit sesuai dengan indikasi.
R/: Memberikan bantuan dengan mengembangkan pengetahuan tentang diit.

3. Ketidakmampuan merawat diri berhubungan dengan tidak toleransi dalam beraktivitas, ketidaknyamanan, digambarkan dengan keterbatasan aktivitas dan gangguan penglihatan.
HYD: Pasien akan menunjukkan partisipasi dalam beraktivitas perawatan dirinya dengan keterbatasan fisiknya sesuai kondisi pasien.
Intervensi:
- Kaji faktor-faktor yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri seperti: kelemahan, kelelahan, gangguan penglihatan dan pusing.
R/: Membantu menentukan intervensi selanjutnya.
- Diskusikan bersama pasien suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan fisik sehari-hari.
R/: Pasien dapat ikut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhannya.
- Lakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
• Motivasi pasien terhadap perawatan.
• Diskusikan jadwal yang mampu dilakukan pasien, seperti pada reaksi puncak analgetik sesudah istirahat, tidak segera sesudah makan atau pengobatan.
• Letakkan benda-benda keperluan pasien pada tempat yang mudah dijangkau.
• Bila penglihatan terganggu, bantu pasien untuk mengetahui letak piring makan, handuk dan lain-lain, dan letakkan pada tempat yang mudah dijangkau pasien serta beritahu pasien.
R/: Mempercepat kemandirian pasien, kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
- Berikan umpan balik yang positif terhadap semua yang telah dicapai oleh pasien dalam memenuhi aktivitas perawatan dirinya.
R/: Memberi dukungan kepada pasien.
- Kaji aktivitas yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
R/: Memberikan gambaran sejauh mana bantuan dibutuhkan pasien.

4. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
HYD:
- Nyeri berkurang atau dapat dikontrol.
- Mengungkapkan cara-cara untuk mengurangi nyeri.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring pada fase akut.
R/: Meningkatkan relaksasi.
- Sediakan therapi nonfarmakologik seperti kompres dingin di dahi, lingkungan yang tenang, teknik relaksasi dan aktivitas pengalihan.
R/: Mengurangi tekanan vaskuler cerebral.
- Meminimalkan aktivitas yang menimbulkan sakit kepala seperti mengejan, batuk dan membungkuk terlalu lama.
R/: Aktivitas tadi menimbulkan vasikonstriksi pembuluh darah yang kemudian menimbulkan sakit kepala.
- Bantu pasien waktu beraktivitas.
R/: Membantu memenuhi kebutuhan pasien.
- Berikan obat sesuai indikasi misalnya analgesik.
R/: Mengontrol dan mengurangi nyeri.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
HYD:
- Mengungkapkan pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan.
- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang ditimbulkan
- Mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Intervensi:
- Jelaskan tentang definisi dan batasan tekanan darah normal dari hipertensi dan efeknya terhadap jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
R/: Menyediakan pengetahuan dasar tentang peningkatan tekanan darah dan pengobatan.
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko seperti obesitas, mengkonsumsi makan tinggi lemak, kolesterol, merokok, alkohol dan lingkungan yang menimbulkan stress.
R/: Faktor risiko ini berkaitan dengan hipertensi dan penyakit cardiovaskuler.
- Diskusikan pentingnya menghentikan merokok.
R/: Nikotin meningkatkan cahtecolamin yang menyebabkan peningkatan heart rate.
- Jelaskan secara rasional, dosis, efek samping dan pentingnya pengobatan.
R/: Dengan adanya informasi yang adekuat yang dapat mendukung rencana pengobatan.
- Hindari mandi air panas, sauna dan penggunaan alkohol.
R/: Mencegah terjadinya vasodilatasi dan berbahaya menjadi hipotensi.
- Instruksikan pasien untuk mengkonsultasikan kesehatannya sebelum melakukan pengobatan jenis lain.
R/: Penting untuk mencegah terjadinya interaksi obat yang berbahaya.
- Jelaskan secara rasional untuk program diit (diit rendah garam, kolesterol, lemah).
R/: Makanan tersebut merupakan makanan yang berisiko terhadap penyakit hipertensi.
- Mengurangi pemasukan makanan tinggi lemak saturasi (hewani).
R/: Makanan tersebut mempercepat atherosclerosis.
- Dorong pasien untuk melakukan program latihan seperti jalan, berenang sesuai dengan kemampuan pasien.
R/: Membantu menurunkan tekanan darah.
- Instruksikan kepada pasien untuk melaporkan adanya sakit kepala, nyeri dada, gangguan penglihatan, adanya depresi, emosional yang labil, efek samping obat.
R/: Hal-hal tersebut dapat menjadi tanda adanya komplikasi efek samping obat.

4. Discharge Planning
- Berikan nilai normal tekanan darah pasien.
- Informasikan pada pasien bahwa hipertensi seringkali tanpa gejala dan tak dapat mengindikasikan TD.
- Jelaskan hipertensi berarti meningkatnya tekanan darah tidak berhubungan dengan kepribadian yang tinggi.
- Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan pengobatan (terapi) dalam jangka waktu yang lama.
- Jelaskan bahwa terapi bukan untuk mengobati tapi untuk mengontrol hipertensi.
- Jelaskan pada pasien bahwa hipertensi dapat dikontrol atau diatasi dengan mengetahui prognosis yang ada.
- Jelaskan bahaya dan potensial terjadi dari hipertensi yang tidak terkontrol.
- Jelaskan secara spesifik nama, cara kerja, dosis dan efek samping dari obat-obatan yang diberikan.
- Jelaskan kepada pasien untuk secara teratur dan tepat waktu dalam minum obat.
- Jelaskan kepada pasien jangan berhenti minum obat secara tiba-tiba karena putus obat menyebabkan reaksi hipertensi yang lebih berat.
- Jelaskan kepada pasien jangan doubel minum obat jika suatu saat lupa minum obat.
- Informasikan kepada pasien jika terjadi peningkatan TD, jangan meningkatkan dosis obat sendiri, konsultasikan dahulu ke petugas kesehatan.
- Jelaskan kepada pasien jangan menggunakan atau minum obat orang lain dengan penyakit yang sama.
- Jelaskan kepada pasien efek samping dari obat yang mempunyai batasan waktu.
- Jelaskan kepada pasien untuk konsultasi dengan petugas kesehatan bila perubahan obat dan dosis menyebabkan adanya perubahan seksual dan masalah seksual.
- Jelaskan untuk diet suplemen dengan makanan yang tinggi potosium (seperti: buah citrus, sayuran hijau) jika adanya kehilangan potosium.
- Jelaskan kepada pasien untuk mandi air hangat, tidak minum alkohol dan tidak melakukan pekerjaan kurang lebih 3 jam minum obat yang meningkatkan vasodilatasi.
- Jelaskan penurunan hipertensi ditostatik dengan bangun perlahan dari posisi berbaring, duduk di sisi tempat tidur selama beberapa menit, berdiri perlahan-lahan, jangan berdiri dalam waktu yang lama, melatih tungkai meningkatkan venus roturn, tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan atau menggunakan bantal, dan jangan duduk jika terjadi dizziness.

2 komentar: